Esai balasan Beraninya keroyokan oleh: Alissa Wahid

Jelas kita sangat perihatin peristiwa yang sering terjadi di masyarakat kita. Kekerasan yang tak henti-hentinya terus terulang, seperti yang telah di tulis pada esai tersebut. Kejadian itu juga yang membuat topik penulisan esai ini bukan berarti tidak ada topik lain. Karena seseorang yang peka dengan ketidak adilan akan bertindak untuk menyuarakan aspirasimya.
Kasus pengoroyokan Haringga Sirla pada Hari Minggu Tanggal 23 September 2018. Itulah yang menjadi salah satu pembahasan pada esai ini. Haringga seorang Jakmnia tewas di pukuli oleh pendukung persib yang konflik dengan pendukung persija. Kejadian memilukan yang diangkat oleh penulis dalam tulisan tersebut. Mengharapkan agar pihak yang berwajib bisa mengatasi untuk melakukan tindakan serius. Bukan cuma Haringga, sudah banyak korban lain dalam perseteruan antar pendukung sepak bola.
Permasalahan seperti ini akan terus meningkat, sudah menjadi budaya yang terjadi di indonesia. Dan Kebanyakan yang terlibat adalah remaja yang harusnya bisa mengatasi permasalahan. Tapi sebaliknya, ikut dalam situasi kerumunan massa. Harapannya ikut terlibat yang benar tetapi tidak tahu permasalahan sebenarnya. Jangan sampai kita ikut terprovokasi dalam keadaan ketika kejadian seperti ini terjadi, dan biasa di lakukan masyarakat kita adalah main “hakim sendiri”. Itulah tunduhan yang sering terdengar bila ada permasalahan yang mengakibatkan korban serius tanpa melibatkan pihak yang berwajib. Sebagai contoh orang yang dibakar massa karena dituduh mencuri speaker masjid atau seseorang yang di keroyok karena dikira begal, yang sebenarnya ia ingin menolong yang dibegal. Situasi seperti ini yang sekarang di jauhi, niat untuk menolong malah timbul keraguan karena takut menjadi sasaran kerumuanan massa. Akibat kebiasaan main hakim sendiri oleh masyarakat kita.
Lain kali kita harus lebih bijak mengatasi permasalahan yang terjadi. Tidak perlu pihak yang berwajib melulu yang diharapkan agar masalah selesai. Tetapi dengan seringnya kejadian tersebut terjadi kita bisa belajar melihat apa yang salah dari tindakan publik. Massa harus bisa mengendalikan kerumunannya. Jangan sampai ingin menyelesaikan permasalahan malah dapat menimbulkan kekerasan dikarenakan situasi massa yang ingin paling di dengar. disitulah juga keadaan bisa terpecah yang dapat menimbulkan konflik antar kelompok yang berbeda.
Kekerasan yang terjadi dalam tulisan tersebut adalah kekerasan yang dilakukan sekelompok. Setuju apa yang dikatan bahwa situasi berkelompok, kita akan kehilangan pembatasan. Mengapa demikian? Karena faktor-faktor sekitar yang mempengaruhi, jika di lakukan bersama maka yang dilihat hanya hasil akhir, tidak terfikirkan sebab akibat yang akan terjadi, satu sama lain saling unggul. Dan dalam berkelompok kita memiliki kekuatan untuk bertindak melalui semangat dan dorongan kelompok. Kita melakukan karena berkelompok, sifat positif dalam individu dalam diri sudah tidak terkendali. Akan lebih percaya diri jika dilakukan bersama.  Istilahnya “beraninya keroyokan”.
Bukan lagi menuduh oknum tertentu yang melakukan perbuatan kriminal, melainkan  jika sudah sering terjadi apalagi dilakukan sekelompok. Permasalah tersebut terbentuk dari individu yang tidak mempunyai pribadi yang jelas. Yaitu terlepas dari kemanusiaan sesuai apa yang di sampaikan penulis pada bagian akhir esai. Sudah terlepas dari nilai-nilai kebaikan. Jika masih ada yang mengatakan kalau itu oknumnya maka sudah pantasnya pengetahuan tentang kasus kriminal lebih di tingkatkan. Agar tidak salah jika menyampaikan keresahan pada kasus sejenis ini.
Dalam esai tersebut mengajak kita untuk melangkah menuju kebenaran, mengubah pola fikir kita. Berharap agar kejadian itu tidak lagi terjadi, sebagai manusia tentu akan terus tumbuh kekhawatiran dalam diri. Agar itu tidak terjadi maka seseorang harus bisa mengubah keadaan jangan sampai malah menambah permasalah terus menerus. Dan pada umumnya itu sudah banyak dilakukan, seperti apa yang di sampaikan penulis. Bagaimana cara untuk mengatasinya, belum lagi mengurus permasalahan lain yang terus tumbuh. Harapannya kita harus sadar, dan dengan adanya tulisan ini terdapat keinginan agar permasalahan tidak terulang.
Upaya apakah yang bisa memberhentikan kasus tersebut, setiap orang memiliki pandangannya masing-masing tentunya beragam cara yang bisa di lakukan. Dan jika itu tidak berubah maka apa yang telah di paparkan penulis yaitu di situlah kemunduran dan kehancuran masyarakat terlihat. Dalam artian masyarakat tidak lagi peduli, tidak ingin pusing mengurus permasalahan tersebut dan disitu kita bisa melihat salah satu keburukan yang dilakukan kelompok. Hanya segelintir orang yang peka terhadap kejadian seperti itu contohnya Alissa Wahid seseorang yang memiliki naluri kemanusiaan yang di sampaikannya melalui esai. Hidup berkelompok adalah bagian sosial dari masyarakat indonesia tetapi jangan saling membenci dan terpecah. Mesti sama-sama memiliki visi yang sama mengatasi ketidak adilan. Agar kasus seperti ini bisa ditindak langsung dan cukup terakhir kalinya ini terjadi.

Oleh : Muhammad Marwan Ashabi, Fakultas Ilmu Budaya

Komentar

Postingan Populer